19.Apr.2022

6 Tradisi Lebaran Unik dari Berbagai Daerah di Indonesia


Tradisi Idul Fitri unik apa yang paling kamu tunggu-tunggu pada saat lebaran? Lebaran merupakan momen kemenangan yang paling ditunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Salah satunya di Indonesia. Uniknya, di setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi idul fitri unik masing-masing dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini berlaku di masyarakat karena telah disesuaikan dengan budaya di daerah itu. Berikut 6 tradisi unik Idul Fitri di berbagai daerah di Indonesia yang menarik untuk diketahui.  

0
0
0

Yogyakarta

Intip Tradisi Grebeg Syawal di Yogya untuk Peringati Hari Raya Idul Fitri

Source: Suara.com

Tradisi khas Idul Fitri yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Grebeg Syawal. Acara ini dilakukan setiap tanggal 1 Syawal dan berlangsung dengan cara melakukan arak-arak berbagai gunungan hasil bumi. Hasil bumi tersebut berupa sayuran dan buah-buahan.

Sejumlah masyarakat percaya, Gunungan Grebeg membawa berkah dan ketenteraman. Beberapa gunungan hasil bumi itu dibagi menjadi dua jenis yakni Gunungan Kakung dan Gunungan Putri. Gunungan tersebut berbentuk kerucut, dan diarak pengawal keraton.

Setelah diarak, gunugan tersebut akan dibagikan pada warga setelah didoakan.  Cara pembagiannya juga unik, yaitu dengan cara diperebutkan oleh para warga.

Gorontalo

Makna Setiap Atribut Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo

Source: Good News From Indonesia

Tradisi di daerah Gorontalo yang unik ini dikenal dengan sebutan Tumbilotohe. Acara ini adalah acara yang diselenggarakan untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Tumbilotuhe memiliki arti memasang lampu. Untuk melangsungkan tradisi ini, masyarakat setempat akan memasang lampu sejak tiga malam terakhir menjelang Idul Fitri.

Saat ini, tradisi pemasangan lampu di Gorontalo sudah dilakukan dengan berbagai bentuk dan warna lampu yang lebih meriah. Lampu ini tidak hanya dipasang di rumah, tetapi di sejumlah tempat umum.

Bali

Tradisi Ngejot Di Bali, Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama | Kintamani.id

Source: Kintamani.id

Di Bali sendiri terdapat tradisi unik yaitu acara makan-makan atau Nyama Selam. Acara ini sebagai gambaran keberagaman agama dan keindahan toleransi antar umat bergama. Nyama Selam memiliki arti saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.

Salah satu tradisi yang kental dilakukan Nyama Selam adalah "ngejot" yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Menjelang Idul Fitri, masyarakat Muslim akan melakukan "ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya, tidak peduli apa pun agama mereka.

Sederhananya, ngejot merupakan tradisi berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan, sebagai wujud terima kasih kepada tetangga-tetangganya tanpa melihat latar belakang agamanya.

Madura

Meriahnya Tradisi Lebaran Ketupat di Madura

Source: Suara.com

Perayaan Lebaran di Madura terbilang unik dan dikenal sebagai tellasan topak (lebaran ketupat). Acara ini berlangsung tepatnya di hari ketujuh bulan Syawal. Perayaan tersebut menggambarkan ucapan syukur dari umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa sunnah enam hari setelah Idul Fitri.

Pontianak

20200521 Mengintip Tradisi Meriam Karbit Pontianak 2

Source: menpan.go.id

Salah satu kota besar di Kalimantan Barat yakni Pontianak, ternyata menyimpan tradisi yang juga unik.  Masyarakat akan mengadakan Festival Meriam Karbit. Festival ini biasanya diadakan di tepian Sungai Kapuas. Perayaan ini umumnya akan digelar selama 3 hari yakni sebelum, saat, dan sesudah Lebaran.

Maluku Tengah

Baku Pukul Manyapu, Atraksi Unik dari Maluku Tengah Saat Awal Bulan Syawal.  Lihat Foto-foto Keunikannya - Fotokita

Source: fotokita.grid.id

Satu minggu setelah lebaran atau pas hari ketujuh setelah lebaran ada acara unik yang dilakukan di Maluku Tengah ini. Acara ini disebut juga sebagai 7 Syawal. Warga di Desa Mamala dan Morella, Maluku Tengah akan melakukan tradisi Baku Pukul Manyapu (Pukul Sapu).

Tradisi pukul sapu ini dilakukan oleh para pria yang menjadi perwakilan antar desa. Dengan lidi dari pohon enau, para pria akan bertarung dengan menggunakan lidi mereka untuk menyabet badan lawan. Perang sabet dilakukan dengan lidi enau dan berlangsung selama 30 menit. Biasanya acara ini akan melukai tubuh peserta dengan guratan-guratan di kulit akibat lidi.

Baca juga: Menu Makanan Berbuka puasa, Wajib Ada Saat Ramadan

Komentar