11.Mar.2020

Udah Tahu Belum? Begini, lho, Proses Menyiapkan Makanan di Pesawat


Siapa yang pernah naik pesawat, angkat tangan! Siapa yang pernah naik pesawat yang full service, angkat tangan! Kalian yang pernah ngerasain naik full service airline, kalian pasti dikasih makanan, kan, alias in-flight meal? Nah, kali ini Mister mau ngebahas soal itu, nih. Kalian penasaran nggak, sih, dengan proses menyiapkan makanan di pesawat? Yuk, baca infonya di bawah ini!

0
0
0

Sebelum ngebahas soal proses menyiapkan makanan di pesawat, Mister mau tanya dulu, nih. Ada yang tahu nama perusahaan di Indonesia yang memproduksi makanan di pesawat? Jawabannya, PT Aerofood Indonesia alias Aerofood ACS yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia.

Tiap bulannya, Aerofood ACS memproduksi sekitar 1,5 juta porsi makanan yang didistribusikan ke puluhan perusahaan penerbangan. Banyak uga, ya. Kalau per bulannya bisa mencapai jutaan porsi, per harinya bisa puluhan sampai ratusan ribu porsi, tuh.

Masak makanan yang disantap di udara jelas beda dengan masak makanan yang disantap di darat. Kalau di restoran, apa yang kalian pesan saat itu, dimasak saat itu juga. Kalau di pesawat, apa yang kalian makan saat itu udah dimasak belasan jam sebelumnya yang kemudian diawetkan.

Sumber: https://www.thejakartapost.com/travel/2019/07/04/citilink-to-let-passengers-customize-their-inflight-meal.html (diambil dari Citilink/File)

Proses menyiapkan makanan di pesawat dimulai dari ruang penyimpanan bahan makanan. Ruang penyimpanannya dibagi berdasarkan jenis bahannya, kering dan basah. Intinya, bahan-bahan makanan tersebut disimpan terpisah-pisah supaya nggak terkontaminasi.

Dari ruang penyimpanan lanjut ke ruang pengolahan. Di ruang pengolahan, ada beberapa langkah yang dilakukan sampai bahan-bahan makanan tersebut dimasak di dapur inti alias hot kitchen.

Khusus untuk daging dan ikan, ada perlakuan khusus saat memasaknya. Supaya apa? Supaya tetep enak dan fresh ketika dipanaskan di pesawat. Gimana caranya? Daging dimasak setengah atau tiga perempat matang, sedangkan ikan dimasak matang sampai 90%.

Sumber: https://www.thejakartapost.com/travel/2016/12/07/interesting-facts-about-your-in-flight-meals.html (by JP/Wienda Parwitasari)

Kelar dimasak di hot kitchen, makanan yang udah jadi dimasukkan ke blast chiller. Itu adalah alat pendingin untuk menurunkan suhu makanan supaya, sekali lagi, tetep enak dan fresh ketika dipanaskan di pesawat. Di blast chiller, suhu makanan diatur menjadi 50C.

Begitu keluar dari blast chiller, saatnya makanan di-plating (dikemas dalam wadah). Beda kelas penerbangan, beda kemasannya. Untuk kelas bisnis, kemasannya bisa dipakai berulang-ulang, sedangkan untuk kelas ekonomi, kemasannya hanya sekali pakai.

Proses plating ini harus berlangsung selama maksimal 45 menit aja, lho. Kenapa, kok, gitu? Ada aturan bahwa makanan yang suhunya di bawah 150C nggak boleh terpapar udara lebih dari 45 menit.

Sumber: https://apg.or.id/perkuat-lini-bisnis-industrial-komersial-anak-usaha-garuda-indonesia-group-acs-aerofood-targetkan-capaian-pendapatan-operasi-sebesar-usd-172-juta-di-2018/

Selesai di-plating, makanan-makanan dikumpulkan dan diletakkan di rak-rak. Apakah langsung diangkut ke pesawat? Nggak, dong. Makanan di rak tadi masih harus dimasukkan ke blast chiller sekali lagi, terus baru, deh, diangkut ke pesawat dengan truk jenis hi lift.

Di pesawat, tugas pramugara/pramugarilah untuk menghangatkan makanan tersebut, lalu dibagi-bagi, deh, ke penumpang. Seluruh proses tadi, mulai dari menyiapkan bahan sampai disajikan, memakan waktu 12 – 15 jam. Lama, yak.

Apakah menu makanan di pesawat berganti-ganti? Jelas. Tapi, ada siklusnya dan tergantung durasi penerbangannya. Kalau durasinya singkat (penerbangan dalam negeri), menunya berganti tiap minggu. Kalau durasinya panjang (penerbangan ke luar negeri), menunya berganti 3 bulan sekali.

Komentar